Mengapa begitu sulit? Padahal dengan mudahnya aku mencampakkan perasaan pada yang lain. Tahu, rasanya seperti memungut pecahan kaca yang lalu kamu genggam. Membiarkan cairan merah itu mengalir, tapi kamu tetap tersenyum sambil berkata,
"Aku baik-baik saja kok."
Lantas seperti tak pernah terjadi apa-apa, padahal kentara sekali air itu masih mengalir dari sudut matanya.
Ah, lagi-lagi seperti itu. Lagi-lagi membohongi kenyataan. Sampai kapan? Sampai cairan merah itu habis tak tersisa, baru menyadari itu sudah terjadi dan tak mungkin terulang lagi?
Ah, lagi-lagi mengabaikan waktu. Lagi-lagi hidup di waktu yang sama dan tetap menggenggam pecahan itu sambil berkata,
"Aku baik-baik saja kok."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar