Akan ada setumpuk maaf dariku,
manakala ucap telah terpenggal.
Biarkan senja memapah langkahku.
Aku baik-baik saja...
Tak perlu lagi cemas membendungmu.
Ada jingga yang menjagaku,
selalu...
Aku berharap itu koma, bukan titik.
Koma yang tertutup sesuatu,
bukan titik akhir,
penutup kalimat dalam cerita.
Aku tak ingin titik akhir itu ada.
Berulang kali tak kuhiraukan.
Karena yang kulihat itu koma,
koma yang senyata-nyatanya.
Walau senyatanya,
memang kau menghendaki titik.
Benarkah?
Setelah pemandangan senja itu.
Setelah ribuan kali pelangi bergulir.
Setelah hujan meretas tanpa batas.
Titikkah yang lebih kau inginkan?
Selamat Datang :)
Menulis ya? Hmm..
Menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Kamu bisa menulis apapun tanpa batas. Menulis merupakan cara kamu berbicara dengan dirimu sendiri. Dengan menulis, kamu akan mengetahui kondisimu saat itu.
Selamat menulis :)
Kamis, 20 Desember 2012
Antologi ke 8
(kumpulan puisi)
Judul: Selayang Mimpi
Kategori: Sastra
ISBN: -
Penulis: Ariny NH and Puisi Lovers
Penerbit: Diandracreative
Tanggal Terbit: 2012-12-19
Jumlah Halaman: 196
Berat Buku: 200 gr
Kertas: HVS; 70 gram
Harga: Rp. 38.000,00 (belum termasuk ongkir)
Pemesanan via sms ke 08997023304
Sabtu, 15 Desember 2012
Maaf...
Tangis...
Membuncah tepat mentari di atas kepala,
Menangisi keadaan, menimang pasti.
Adakah kita sedang menggarami luka?
Atau hanya aku seorang?
Tak ada kata yang berani bergerak,
Pun hanya perih menguasai.
Menggenapi rasa terasingkan.
Maaf...
Tak pernah menjadi bagian dari mimpiku,
Untuk menikam mati rasa jiwamu.
Tak pernah tertulis dalam catatanku walalu hanya satu kata.
Maaf...
Bolehkah aku berharap?
Langit menurunkan senyum untukmu,
Lalu memaafkanku dengan senyum itu.
Berharap bisa mengulang semua,
dari titik nol.
Bisakah kita menjejaki langkah dari awal?
Melewatkan jalan salah terlalui.
Menghitung kerikil hitam,
tanpa harus memasang penghalang,
dan mengucap selamat tinggal.
Bisakah?
Dan,
satu hal lagi.
Berhentilah mendiamkanku,
Karena detik terlalu sunyi,
untuk kubagi cerita.
Membuncah tepat mentari di atas kepala,
Menangisi keadaan, menimang pasti.
Adakah kita sedang menggarami luka?
Atau hanya aku seorang?
Tak ada kata yang berani bergerak,
Pun hanya perih menguasai.
Menggenapi rasa terasingkan.
Maaf...
Tak pernah menjadi bagian dari mimpiku,
Untuk menikam mati rasa jiwamu.
Tak pernah tertulis dalam catatanku walalu hanya satu kata.
Maaf...
Bolehkah aku berharap?
Langit menurunkan senyum untukmu,
Lalu memaafkanku dengan senyum itu.
Berharap bisa mengulang semua,
dari titik nol.
Bisakah kita menjejaki langkah dari awal?
Melewatkan jalan salah terlalui.
Menghitung kerikil hitam,
tanpa harus memasang penghalang,
dan mengucap selamat tinggal.
Bisakah?
Dan,
satu hal lagi.
Berhentilah mendiamkanku,
Karena detik terlalu sunyi,
untuk kubagi cerita.
Kamis, 13 Desember 2012
Kecewa
"Kecewa itu tempatnya di sini" menunjuk kaki, "bukan di sini" menunjuk hati.
Maka, saat kamu kecewa, jangan menaruhnya di dalam hati, itu salah besar, karena nantinya bisa membuat hatimu rusak.
Taruhlah di kaki lalu kamu tendang kecewa itu jauh-jauh agar tak kembali lagi.
Mudah, bukan?
Sudahlah, tak perlu banyak alasan. Hanya tinggal dilakukan, tak perlu banyak ucap
Dan tersenyumlah, karena tak ada kesulitan melainkan ada kemudahan setelahnya.
Tak ada kesulitan yang tidak sesuai dengan kemampuanmu.
.
Maka, saat kamu kecewa, jangan menaruhnya di dalam hati, itu salah besar, karena nantinya bisa membuat hatimu rusak.
Taruhlah di kaki lalu kamu tendang kecewa itu jauh-jauh agar tak kembali lagi.
Mudah, bukan?
Sudahlah, tak perlu banyak alasan. Hanya tinggal dilakukan, tak perlu banyak ucap
Dan tersenyumlah, karena tak ada kesulitan melainkan ada kemudahan setelahnya.
Tak ada kesulitan yang tidak sesuai dengan kemampuanmu.
.
Ich und Deutschland
Aku mengenalnya beberapa tahun yang lalu saat aku masih duduk dibangku SMA. Pertama kali aku "menyentuhnya", aku langsung dibawanya ke negeri itu. Sejak hari itu, aku begitu dekat dengannya. Ya, sangat dekat. Dua tahun lamanya aku mengenal dia, Deutsch, Deutschland. Sampai akhirnya dengan terpaksa aku harus "mengabaikannya". Pergi meninggalkan dia yang selama ini dekat denganku.
Mengabaikan dia yang tak seharusnya kutinggalkan. Aku kini merindukannya, sangat. Merindukan saat dia berhasil menciptakan sebentuk lengkung senyum yang ditandai. Aku merindukannya, bukan hanya karena dulu pernah bersamanya, lebih dari itu. Berharap dapat menjejakkan kembali dia di sisiku, menemaniku kembali. Menciptakan cerita indah yang membawa anganku terbang ke sana. Berharap suatu hari, dia akan mengajakku menuju rumahnya, tempat yang sangat ingin kukunjungi.
Dia, masih menjadi masa laluku. Aku belum berhasil menggamitnya. Belum cukup hebat mensejajari langkahnya. Dia dan muncul dia yang lain, yang mengingatkanku padanya. Dia, yang akhirnya menyeretku untuk mensejajarinya. Namun, tetap saja. Bukan apa-apa. Ini hanya tentang aku dan dia. Maka, tak ada yang lebih berhak selain dia.
Semoga kita bisa bersama lagi, ya. Aku tetap ada di belakangmu, berusaha mengejar jejakmu, mensejajari langkah kita. Lalu kita bisa pergi bersama menuju rumahmu.
Mengabaikan dia yang tak seharusnya kutinggalkan. Aku kini merindukannya, sangat. Merindukan saat dia berhasil menciptakan sebentuk lengkung senyum yang ditandai. Aku merindukannya, bukan hanya karena dulu pernah bersamanya, lebih dari itu. Berharap dapat menjejakkan kembali dia di sisiku, menemaniku kembali. Menciptakan cerita indah yang membawa anganku terbang ke sana. Berharap suatu hari, dia akan mengajakku menuju rumahnya, tempat yang sangat ingin kukunjungi.
Dia, masih menjadi masa laluku. Aku belum berhasil menggamitnya. Belum cukup hebat mensejajari langkahnya. Dia dan muncul dia yang lain, yang mengingatkanku padanya. Dia, yang akhirnya menyeretku untuk mensejajarinya. Namun, tetap saja. Bukan apa-apa. Ini hanya tentang aku dan dia. Maka, tak ada yang lebih berhak selain dia.
Semoga kita bisa bersama lagi, ya. Aku tetap ada di belakangmu, berusaha mengejar jejakmu, mensejajari langkah kita. Lalu kita bisa pergi bersama menuju rumahmu.
Cukup Hanya Dia
Bahagiaku kini terantuk satu nama.
Deretan huruf yang membangkitkan perasaan cemburu,
membayangi sunyinya malam kelam.
Menggelapkan senja lebih cepat dari biasanya,
terseret nestapa pada gelombang waktu.
Satu nama...
Selalu kuucap ditiap do'a
Berharap Tuhan tahu maksud hati,
meski sebenernya,
Dia sangat paham apa yang terjadi.
Carut-marut goncangan hati,
meniadakan detik-detik yang melintas.
Aku pasrah...
Berharap tak ada lagi yang kan terbujur.
Usaikan mimpi yang hanya pembatas dunia.
Usaikan harap pada sebentuk do'a.
Tak ada lagi..
Ya, tak ada.
Biarkan Dia menjawab semua tanya.
Biarkan Dia mengubah segala ragu.
Cukup hanya Dia...
Tak perlu lagi berkalang pinta.
Deretan huruf yang membangkitkan perasaan cemburu,
membayangi sunyinya malam kelam.
Menggelapkan senja lebih cepat dari biasanya,
terseret nestapa pada gelombang waktu.
Satu nama...
Selalu kuucap ditiap do'a
Berharap Tuhan tahu maksud hati,
meski sebenernya,
Dia sangat paham apa yang terjadi.
Carut-marut goncangan hati,
meniadakan detik-detik yang melintas.
Aku pasrah...
Berharap tak ada lagi yang kan terbujur.
Usaikan mimpi yang hanya pembatas dunia.
Usaikan harap pada sebentuk do'a.
Tak ada lagi..
Ya, tak ada.
Biarkan Dia menjawab semua tanya.
Biarkan Dia mengubah segala ragu.
Cukup hanya Dia...
Tak perlu lagi berkalang pinta.
Kamis, 29 November 2012
Antologiku Ke 7
Akhirnyaaa...buku Love, Live & Music sudah ready teman-teman...
semoga bisa jadi karya yang indah untuk semuanya..
Thanks for all contributors..:D
Judul Buku: Love, Life and Music (Kisah Inspiratif Tentang Arti Musik Bagi Kehidupan)
Penulis: SastraMoeda & friends.
Kontributor:
Nur Laila Safitri
Sandza
Alphonse
semoga bisa jadi karya yang indah untuk semuanya..
Thanks for all contributors..:D
Judul Buku: Love, Life and Music (Kisah Inspiratif Tentang Arti Musik Bagi Kehidupan)
Penulis: SastraMoeda & friends.
Yogyakarta: Penerbit Lilin 2012
Tebal: viii + 118 hlm, 14 x 21 cm.
ISBN:978‐602‐97511‐6‐1
Harga buku: Rp.35.000,-
Sms pemesanan: 08 99 70 23 304
Buku ini menceritakan tentang arti musik bagi kehidupan. Ada berbagai cerita menarik dan inspiratif yang dibawakan dengan berbagai macam karakter yang berbeda-beda.
Nah, salah satu cerpenku ada di dalam buku ini. Menceritakan tentang kegiatan bermusik yang ada di kampusku. Suka dukanya ada lah di dalam cerita itu. SIAPA KITA?
Penasaran...penasaran? :D
Temukan jawabannya di dalam buku ini :)
Tebal: viii + 118 hlm, 14 x 21 cm.
ISBN:978‐602‐97511‐6‐1
Harga buku: Rp.35.000,-
Sms pemesanan: 08 99 70 23 304
Buku ini menceritakan tentang arti musik bagi kehidupan. Ada berbagai cerita menarik dan inspiratif yang dibawakan dengan berbagai macam karakter yang berbeda-beda.
Nah, salah satu cerpenku ada di dalam buku ini. Menceritakan tentang kegiatan bermusik yang ada di kampusku. Suka dukanya ada lah di dalam cerita itu. SIAPA KITA?
Penasaran...penasaran? :D
Temukan jawabannya di dalam buku ini :)
Kontributor:
Nur Laila Safitri
Sandza
Alphonse
Esa Pelangi Senja
Lisarah Rimateli
Syefri Anidar
Ayuni Adesty
Boneka Lilin/ Zamiatul Laely
Murni Oktarina
Vinny Erika Putri
Arin Aqilla
Wiji Wahyuni
Mustika Jatiasih
Ken Hanggara /Erlangga
Ma’arifa Akasyah
Santi Nurmayanti
Dini Andriani / Dini Anne
Achmad A. Arifin
Vita Ayu Kusuma Dewi/ Rescue Iffah
Ayu Listiyaningrum
Suprapti
Kanugrahan Akbar
Black Swan
Ullan Pralihanta
Chinglai Li
Dasrizal
Ahmad Saadillah
Rere Z.
Farida Choirunnisa
Ibnu M. Freed
Bondan Al-Bakasiy
Melody Skylova
Lamia Putri Damayanti
Dewi Hastarini
Nia Halverson
Lisarah Rimateli
Syefri Anidar
Ayuni Adesty
Boneka Lilin/ Zamiatul Laely
Murni Oktarina
Vinny Erika Putri
Arin Aqilla
Wiji Wahyuni
Mustika Jatiasih
Ken Hanggara /Erlangga
Ma’arifa Akasyah
Santi Nurmayanti
Dini Andriani / Dini Anne
Achmad A. Arifin
Vita Ayu Kusuma Dewi/ Rescue Iffah
Ayu Listiyaningrum
Suprapti
Kanugrahan Akbar
Black Swan
Ullan Pralihanta
Chinglai Li
Dasrizal
Ahmad Saadillah
Rere Z.
Farida Choirunnisa
Ibnu M. Freed
Bondan Al-Bakasiy
Melody Skylova
Lamia Putri Damayanti
Dewi Hastarini
Nia Halverson
Minggu, 25 November 2012
Cerita Bumi Kepada Langit
Wahai langit,
bolehkah aku bercerita?
Cerita tentang kerinduanku,
rindu yang semakin menguasai hatiku.
Yang membuatku terus berlari tanpa henti,
mengabaikan derasnya air langitmu.
Tahukah kamu, wahai langit?
Cinta ini semakin merekah.
Membuatku selalu tersungkur di sepertiga batas fajar.
Merapalkan kata cinta yang tiada habisnya.
Menyerahkan segenap jiwa dan raga.
Hei, ini bukan gombalan, wahai langit,
ini sungguh rasa cintaku...
...kepada-Nya...
bolehkah aku bercerita?
Cerita tentang kerinduanku,
rindu yang semakin menguasai hatiku.
Yang membuatku terus berlari tanpa henti,
mengabaikan derasnya air langitmu.
Tahukah kamu, wahai langit?
Cinta ini semakin merekah.
Membuatku selalu tersungkur di sepertiga batas fajar.
Merapalkan kata cinta yang tiada habisnya.
Menyerahkan segenap jiwa dan raga.
Hei, ini bukan gombalan, wahai langit,
ini sungguh rasa cintaku...
...kepada-Nya...
Jumat, 23 November 2012
Jiwa Bersemangat
Ya, bahkan waktu pun tak akan berani berpaling darinya
Hentakan semangat yang selalu berkobar dalam jiwa
Orang yang tak kenal menyerah
Hanya rintihan-rintihan kecil yang selalu diabaikan
Ada mimpi disetiap langkahnya, ada harap di setiap doanya
Nyanyian senja yang selalu membimbingnya
Antarkan dia pada setiap harap dan citanya
didedikasikan untuk sahabatku,yhohana.
Hentakan semangat yang selalu berkobar dalam jiwa
Orang yang tak kenal menyerah
Hanya rintihan-rintihan kecil yang selalu diabaikan
Ada mimpi disetiap langkahnya, ada harap di setiap doanya
Nyanyian senja yang selalu membimbingnya
Antarkan dia pada setiap harap dan citanya
didedikasikan untuk sahabatku,yhohana.
Cinta dan Coklat
Senja itu, ia tengah
duduk di pinggiran danau dekat rumahnya. Matanya sedang asyik menikmati
pemandangan yang tak mungkin ia ciptakan dengan tangannya sendiri. Sapuan angin
lembut kemudian saling menyerbu parasnya yang halus, lalu ia menikmatinya
bersama waktu yang mulai berjalan perlahan.
Ketika sedang
asyik-asyiknya menikmati setiap momen itu, tiba-tiba saja seseorang duduk di
sampingnya. Hening. Perlahan ia menoleh kesampingnya. Oh dia, katanya dalam
hati. Lalu kembali meneruskan momen yang tadi sempat terhenti. Mereka masih
terduduk dalam diam, sampai detik berikutnya, seseorang itu memulainya.
"Ra, menurutmu
cinta itu apa?" katanya sembari menatapku.
"Hmm... cinta ya,"
kata yang ditatap.
Lalu ia mengeluarkan dua batang coklat dari dalam tasnya
kemudian menyerahkannya. Keduanya larut dalam nikmatnya coklat yang kini telah
melumer dimulutnya. Cukup lama, hingga coklat itu hampir mereka lahap habis.
"Menurutku, cinta
itu seperti coklat. Ia manis, menyenangkan, menenangkan, walau terkadang coklat
itu akan terasa pahit dan tak enak untuk dinikmati. Tapi itu akan terasa oleh
seseorang yang memakannya dan mencoba untuk menikmati tiap bagiannya. Lain lagi
dengan seseorang yang enggan untuk mencobanya,"
Yang di sampingnya
hanya mengangguk-angguk sambil terus melahap coklat ditangannya hingga
habis."Yah habis," katanya."Nah, satu hal yang sering dilupakan
sebagian orang, suatu saat coklat itu akan habis, entah kapan waktunya. Begitu
juga dengan cinta. Ia menikmatinya, lalu ketika sudah 'habis' ia akan mencari
yang baru lagi. Begitu seterusnya. Lain lagi dengan cinta kepada Yang Maha
Cinta, tak akan ada habisnya bila kita tahu cara mendapatkan dan
menikmatinya," katanya mengakhiri.
Seseorang di sampingnya lalu tersenyum sambil
mengangguk. "Iya, aku sudah mengerti,"Senyum itu memudar seiring
dengan tenggelamnya senja yang harus memisahkan mereka.
Hanya Saja...
"Hemm..."
Nafas terbuang untuk kesekian kalinya. Matanya hanya terus menatap ke sana-kemari, entah mencari apa. Ada sesuatu yang mengejutkan ketika tanpa sadar ia mengusap pelan kursi kayu yang tengah di dudukinya. Kenangan yang menarik. Saat seseorang duduk bersamanya, membuatnya tertawa atau diam kebingungan.
Masih ingat cerita tentang es krim strawbery dan es krim mint? Atau cerita tentang rumah tanpa pintu dan jendela? Maaf, mungkin aku terlalu terburu-buru tapi aku memang menyukai ceritamu, apa pun itu. Atau cerita tentang kau yang duduk di jendela kamarmu sambil melihat bintang-bintang? Atau tentang burung kertas itu, kau ingat?
Aku selalu menyukai ceritamu dan selalu ingin kembali mendengarnya darimu. Hanya saja itu terlalu sulit untukmu. Katamu, itu bukan cerita yang menarik atau kau akan bilang itu hal biasa. Berulang kali kau akan mengatakan hal itu bila aku bertanya "mengapa tidak?" Lalu aku hanya akan diam, menuruti maumu. Hanya saja tak semudah itu untukku bisa mengganggap itu hal yang biasa dan melupakannya.
Nafas terbuang untuk kesekian kalinya. Matanya hanya terus menatap ke sana-kemari, entah mencari apa. Ada sesuatu yang mengejutkan ketika tanpa sadar ia mengusap pelan kursi kayu yang tengah di dudukinya. Kenangan yang menarik. Saat seseorang duduk bersamanya, membuatnya tertawa atau diam kebingungan.
Masih ingat cerita tentang es krim strawbery dan es krim mint? Atau cerita tentang rumah tanpa pintu dan jendela? Maaf, mungkin aku terlalu terburu-buru tapi aku memang menyukai ceritamu, apa pun itu. Atau cerita tentang kau yang duduk di jendela kamarmu sambil melihat bintang-bintang? Atau tentang burung kertas itu, kau ingat?
Aku selalu menyukai ceritamu dan selalu ingin kembali mendengarnya darimu. Hanya saja itu terlalu sulit untukmu. Katamu, itu bukan cerita yang menarik atau kau akan bilang itu hal biasa. Berulang kali kau akan mengatakan hal itu bila aku bertanya "mengapa tidak?" Lalu aku hanya akan diam, menuruti maumu. Hanya saja tak semudah itu untukku bisa mengganggap itu hal yang biasa dan melupakannya.
Kelinci Pink
Bocah itu selalu ditemui tengah terduduk di depan jendela. Entah menatap apa tapi pasti menyenangkan untuknya. Suatu hari, bocah itu kembali duduk di depan jendela yang terkena lelehan air hujan yang mengguyur sejak pagi tadi. Perlahan, jarinya mulai mendekati jendela, menyeretnya berkali-kali hingga akhirnya menghasilkan gambar, dia dan Emak, perempuan yang selalu mendengarkan ceritanya.
Seperti hari itu, saat hujan telah berhenti, dia melihat sesuatu di luar jendela. Besar sekali, juga panjang, warna-warni.
"Maak..." teriaknya sambil berlari menghampiri ibunya yang sedang duduk, lalu menarik tangannya dan kembali ke jendela tadi.
"Mak, itu apa ya? Bagus, warna-warni," kata bocah perempuan itu sambil menunjuk.
"Itu namanya pelangi, nak. Nah, pelangi datangnya sehabis hujan," kata ibunya.
Bocah itu diam, dia menatap sesuatu bernama pelangi itu. Cukup lama, hingga akhirnya,
"mak, Nisa mau bikin rumah di sana, ah. Nisa mau main sama kelinci-kelinci di sana. Mereka lucu-lucu, mak. Nisa sukanya kelinci warna pink. Boleh ya, mak, Nisa ke sana?" mata bulat itu menatap antusias kepada ibunya.
"Iya, nak, boleh," katanya tersenyum.
Lalu bocah itu melompat dari pangkuan ibunya sembari berlari lompat-lompatan.
"Asyiiik...Nisa mau ketemu kelinci pink. Asyiik...asyiik!!!"
Seperti hari itu, saat hujan telah berhenti, dia melihat sesuatu di luar jendela. Besar sekali, juga panjang, warna-warni.
"Maak..." teriaknya sambil berlari menghampiri ibunya yang sedang duduk, lalu menarik tangannya dan kembali ke jendela tadi.
"Mak, itu apa ya? Bagus, warna-warni," kata bocah perempuan itu sambil menunjuk.
"Itu namanya pelangi, nak. Nah, pelangi datangnya sehabis hujan," kata ibunya.
Bocah itu diam, dia menatap sesuatu bernama pelangi itu. Cukup lama, hingga akhirnya,
"mak, Nisa mau bikin rumah di sana, ah. Nisa mau main sama kelinci-kelinci di sana. Mereka lucu-lucu, mak. Nisa sukanya kelinci warna pink. Boleh ya, mak, Nisa ke sana?" mata bulat itu menatap antusias kepada ibunya.
"Iya, nak, boleh," katanya tersenyum.
Lalu bocah itu melompat dari pangkuan ibunya sembari berlari lompat-lompatan.
"Asyiiik...Nisa mau ketemu kelinci pink. Asyiik...asyiik!!!"
Lagi-Lagi Aku Baik-Baik Saja
Mengapa begitu sulit? Padahal dengan mudahnya aku mencampakkan perasaan pada yang lain. Tahu, rasanya seperti memungut pecahan kaca yang lalu kamu genggam. Membiarkan cairan merah itu mengalir, tapi kamu tetap tersenyum sambil berkata,
"Aku baik-baik saja kok."
Lantas seperti tak pernah terjadi apa-apa, padahal kentara sekali air itu masih mengalir dari sudut matanya.
Ah, lagi-lagi seperti itu. Lagi-lagi membohongi kenyataan. Sampai kapan? Sampai cairan merah itu habis tak tersisa, baru menyadari itu sudah terjadi dan tak mungkin terulang lagi?
Ah, lagi-lagi mengabaikan waktu. Lagi-lagi hidup di waktu yang sama dan tetap menggenggam pecahan itu sambil berkata,
"Aku baik-baik saja kok."
"Aku baik-baik saja kok."
Lantas seperti tak pernah terjadi apa-apa, padahal kentara sekali air itu masih mengalir dari sudut matanya.
Ah, lagi-lagi seperti itu. Lagi-lagi membohongi kenyataan. Sampai kapan? Sampai cairan merah itu habis tak tersisa, baru menyadari itu sudah terjadi dan tak mungkin terulang lagi?
Ah, lagi-lagi mengabaikan waktu. Lagi-lagi hidup di waktu yang sama dan tetap menggenggam pecahan itu sambil berkata,
"Aku baik-baik saja kok."
Bagian Momen Terbaik
Selalu berkarya 3C, SEMANGAT ^O^9
Sabtu, 13 Oktober 2012
Antologiku ke 6
Lapangan Tanah Merah
Tebal : 101 halaman
Harga : Rp 33.000 (belum ongkir)
Tebal : 101 halaman
Harga : Rp 33.000 (belum ongkir)
Penulis : Kishi Aprilia Paramitha, Petronella Law, Biondy Alfian, Esa pelangi senja, dkk
Cinta ITU sifatnya universal. Bisa kita berikan untuk siapa Saja. Bagaimanakah Cara menunjukkan Cinta di Lapangan Tanah Merah? Kumpulan Cerita Bahasa Dari Peri Penulis beserta sahabat Yang disajikan Artikel Baru Penuh Cinta.
Cinta ITU sifatnya universal. Bisa kita berikan untuk siapa Saja. Bagaimanakah Cara menunjukkan Cinta di Lapangan Tanah Merah? Kumpulan Cerita Bahasa Dari Peri Penulis beserta sahabat Yang disajikan Artikel Baru Penuh Cinta.
Antologiku ke-5
PIJAR HEROIK #1
Genre : Kumpulan kisah nyata tentang perjuangan Ibu
Genre : Kumpulan kisah nyata tentang perjuangan Ibu
Penulis : Boneka Lilin et Boliners
Editor : Boneka Lilin
Layout : Boneka Lilin
Design Cover : Ary Hansamu Harfeey
Penerbit : Penerbit Harfeey
ISBN : 978-602-18917-0-4
Tebal : 165 Hlm; 14,8 x 21 cm (A5)
Harga : Rp40.000, (belum ongkir)
SINOPSIS
Bukan sekedar kisah yang merangkum sosok renta yang gemar mengumpulkan karet gelang dan kantong kresek bekas di gantungan rak. Bukan juga sebatas cerita tentang keceriwisan perempuan paruh baya yang terpusing-pusing karena melakoni multyjob dalam sisa hidupnya.
Lebih dari itu, “Pijar Heroik” menampilkan sosok bunda dengan beragam kekuatannya, bahkan lebih dari ayah. Tentang ia yang bisa mengangkat satu karung penuh berisi padi atau rumput, meski harus berjalan terhuyung karena ringkih tubuhnya berontak dengan berat yang dibebankan. Juga ia yang bertelanjang kaki menapaki seng-seng panas demi bertarung mengalahkan kepongahan matahari yang harus ditaklukannya, berharap sesuap nasi bagi sang buah hati. Atau ia yang rela memangkas jam tidurnya, hanya agar anggota keluarga tak merasa kekurangan satu hal apa pun dalam melewati hari.
“Pijar Heroik”, berkisah tentang ia. Seorang ibu yang kerap merendahkan diri, demi meninggikan anak-anaknya, agar dapat hidup berkelayakan. Meski raganya terkikis habis setiap detik, ia tetap abai, asal si jantung hati bisa menikmati hangat pijar darinya. Bahkan meski pijar itu memakan tubuhnya hingga mematikan, bunda tetap bertahan hingga titik terang penghabisan.
Penulis Kontributor :
Boneka Lilin, Fitria Widaswari, Lamia Melodi, R. Maryana, Rohmatin Nur Dhuha, Mukti Hening Pratiwi, Lestari Lasma Sibarani, Melfar, Atjie T.S. Baruwati, Endang SSN, DP. Anggi, Achmad A. Arifin, Isna Noor Fitria, Naelil, Nheryn Richa, Ismi Dita Muniroh, Tomy M. Saragih, Nurul Kartikaningsih, Dwitya Sobat Ady Dharma, Azzahra Senja, Bintang Khawarizmi, Dien Ilmi, Bondan Al-Bakasiy, Jioo Erhyria, Rahel Simbolon, Rizqia Urfa, Siti Nur Hasanah, Anung D'Lizta, Zuhroh Astie, Ratih Indri Hapsari, Imas H.M, Muhammad Zuhri Anshari, Vinny Erika Putri, Esa Pelangi Senja.
Editor : Boneka Lilin
Layout : Boneka Lilin
Design Cover : Ary Hansamu Harfeey
Penerbit : Penerbit Harfeey
ISBN : 978-602-18917-0-4
Tebal : 165 Hlm; 14,8 x 21 cm (A5)
Harga : Rp40.000, (belum ongkir)
SINOPSIS
Bukan sekedar kisah yang merangkum sosok renta yang gemar mengumpulkan karet gelang dan kantong kresek bekas di gantungan rak. Bukan juga sebatas cerita tentang keceriwisan perempuan paruh baya yang terpusing-pusing karena melakoni multyjob dalam sisa hidupnya.
Lebih dari itu, “Pijar Heroik” menampilkan sosok bunda dengan beragam kekuatannya, bahkan lebih dari ayah. Tentang ia yang bisa mengangkat satu karung penuh berisi padi atau rumput, meski harus berjalan terhuyung karena ringkih tubuhnya berontak dengan berat yang dibebankan. Juga ia yang bertelanjang kaki menapaki seng-seng panas demi bertarung mengalahkan kepongahan matahari yang harus ditaklukannya, berharap sesuap nasi bagi sang buah hati. Atau ia yang rela memangkas jam tidurnya, hanya agar anggota keluarga tak merasa kekurangan satu hal apa pun dalam melewati hari.
“Pijar Heroik”, berkisah tentang ia. Seorang ibu yang kerap merendahkan diri, demi meninggikan anak-anaknya, agar dapat hidup berkelayakan. Meski raganya terkikis habis setiap detik, ia tetap abai, asal si jantung hati bisa menikmati hangat pijar darinya. Bahkan meski pijar itu memakan tubuhnya hingga mematikan, bunda tetap bertahan hingga titik terang penghabisan.
Penulis Kontributor :
Boneka Lilin, Fitria Widaswari, Lamia Melodi, R. Maryana, Rohmatin Nur Dhuha, Mukti Hening Pratiwi, Lestari Lasma Sibarani, Melfar, Atjie T.S. Baruwati, Endang SSN, DP. Anggi, Achmad A. Arifin, Isna Noor Fitria, Naelil, Nheryn Richa, Ismi Dita Muniroh, Tomy M. Saragih, Nurul Kartikaningsih, Dwitya Sobat Ady Dharma, Azzahra Senja, Bintang Khawarizmi, Dien Ilmi, Bondan Al-Bakasiy, Jioo Erhyria, Rahel Simbolon, Rizqia Urfa, Siti Nur Hasanah, Anung D'Lizta, Zuhroh Astie, Ratih Indri Hapsari, Imas H.M, Muhammad Zuhri Anshari, Vinny Erika Putri, Esa Pelangi Senja.
Antologiku ke-4
Pupus
kumpulan cerita pendek yang menceritakan tentang putus.
Tebal : 156 halaman + iv
Para Penulis :
Ria Rizki
Niezha Dinova
Deanitha Rizky
Arinda Sari
Nanda Ayu
Yusnia AS
Adita Kata
Cantika Diptra
Rahayu Wulansari
Is Susanti
Siti Fitriyah
Imam Dairoby M
Reyhan M A
Diani Ramadhaniesta
Eri Siti Sarah
Sandza
Editor : Avet Batang Parana
Niezha Dinova
Deanitha Rizky
Arinda Sari
Nanda Ayu
Yusnia AS
Adita Kata
Cantika Diptra
Rahayu Wulansari
Is Susanti
Siti Fitriyah
Imam Dairoby M
Reyhan M A
Diani Ramadhaniesta
Eri Siti Sarah
Sandza
Editor : Avet Batang Parana
Antologiku ke-3
Judul Buku : Jangan Bersedih Karena Hidup Ini Indah
(Kumpulan Cerita Pendek)
Penulis : Puput Happy, Endang SSN, Dee Ann Rose, Riskaninda Maharani, dkk
(Kumpulan Cerita Pendek)
Penulis : Puput Happy, Endang SSN, Dee Ann Rose, Riskaninda Maharani, dkk
Penerbit : Puput Happy Publishing
Cetakan : Cetakan Pertama, September 2012
Isi : v + 303 Halaman; 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-18504-5-9
Harga : Rp 50.000,-
Sinopsis
“Rabb, bimbing aku dalam pelukanMu. Raih jiwaku dalam dekap hangatMu. Sungguh tak kuasa kujelajahi hati. Menakar segala yang terjadi dalam secawan rasa yang kumau. Ada gemuruh yang mengusik dinding kalbu, mencoba pertahankan masa yang ternyata telah salah kuartikan. Rabb, detikku kian tak berdetak. Nadiku tak lagi terjamah indah, rindu menutup poriku. Laraku semakin membuncah dalam bukit sesal yang menjerat. Aku luruh, luluh dan kaku dalam beranda kasihMu malam ini.”
Kumpulan cerita pendek penggugah jiwa hadir kepada pembaca. Tentang kisah suka dukanya kehidupan, yang pada akhirnya bermuara pada indahnya kehidupan. Tak usah bersedih, karena hidup ini indah ….. ^_^
Cetakan : Cetakan Pertama, September 2012
Isi : v + 303 Halaman; 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-18504-5-9
Harga : Rp 50.000,-
Sinopsis
“Rabb, bimbing aku dalam pelukanMu. Raih jiwaku dalam dekap hangatMu. Sungguh tak kuasa kujelajahi hati. Menakar segala yang terjadi dalam secawan rasa yang kumau. Ada gemuruh yang mengusik dinding kalbu, mencoba pertahankan masa yang ternyata telah salah kuartikan. Rabb, detikku kian tak berdetak. Nadiku tak lagi terjamah indah, rindu menutup poriku. Laraku semakin membuncah dalam bukit sesal yang menjerat. Aku luruh, luluh dan kaku dalam beranda kasihMu malam ini.”
Kumpulan cerita pendek penggugah jiwa hadir kepada pembaca. Tentang kisah suka dukanya kehidupan, yang pada akhirnya bermuara pada indahnya kehidupan. Tak usah bersedih, karena hidup ini indah ….. ^_^
Antologiku ke-2
KATAKAN CINTA
-Kisah cinta seputih awan & bunga lily-
Genre : Kumpulan cerpen remaja
-Kisah cinta seputih awan & bunga lily-
Genre : Kumpulan cerpen remaja
Penulis : Boneka Lilin et Boliners
Editor : Boneka Lilin
Layout : Boneka Lilin
Cover Design : Ary Hansamu Harfeey
Penerbit : Penerbit Harfeey
ISBN : 978-602-18698-7-1
Tebal : 165 Hlm ; size 14,8 x 21 cm (A5)
Harga : Rp40.000,- (belum termasuk ongkir)
***
Ketika luapan emosi perasaan menuntut untuk dimuntahkan, apa yang bisa dilakukan selain menguapkannya ke permukaan?
Hal itu jugalah yang memberi daya dorong pada hati 2 insan remaja, Awan dan Lily, yang terbalut dalam serangkaian gerbong kisah berlatarkan tema serupa ; Katakan Cinta.
***
Mari berpetualang bersama 20 kisah cinta remaja yang menampilkan Awan dan Lily dalam beragam karakter unik dan menarik.
***
Nama-nama kontributor :
Boneka Lilin, Aulia Nooraya, Baim, Lamia Melodi, Inka Vinalya, Fiona Rossi, Benedikta Sekar Arum Setyorini, Rohmatikal Maskur, Diaz Alfi, Hadi Kurniawan, Asri Cahyani, Rizka Kurniasari, Fulki Ilmi, Arsyika Dewi Anggita, Preccilia Leonita, Umm Ji I-el, Maharanie, Eri Siti Sarah.
Editor : Boneka Lilin
Layout : Boneka Lilin
Cover Design : Ary Hansamu Harfeey
Penerbit : Penerbit Harfeey
ISBN : 978-602-18698-7-1
Tebal : 165 Hlm ; size 14,8 x 21 cm (A5)
Harga : Rp40.000,- (belum termasuk ongkir)
***
Ketika luapan emosi perasaan menuntut untuk dimuntahkan, apa yang bisa dilakukan selain menguapkannya ke permukaan?
Hal itu jugalah yang memberi daya dorong pada hati 2 insan remaja, Awan dan Lily, yang terbalut dalam serangkaian gerbong kisah berlatarkan tema serupa ; Katakan Cinta.
***
Mari berpetualang bersama 20 kisah cinta remaja yang menampilkan Awan dan Lily dalam beragam karakter unik dan menarik.
***
Nama-nama kontributor :
Boneka Lilin, Aulia Nooraya, Baim, Lamia Melodi, Inka Vinalya, Fiona Rossi, Benedikta Sekar Arum Setyorini, Rohmatikal Maskur, Diaz Alfi, Hadi Kurniawan, Asri Cahyani, Rizka Kurniasari, Fulki Ilmi, Arsyika Dewi Anggita, Preccilia Leonita, Umm Ji I-el, Maharanie, Eri Siti Sarah.
Sabtu, 01 September 2012
Antologi pertamaku
Antologi cerpen dari 32 penulis. Cerita-cerita dalam antologi ini bisa membangun semangat bagi yang sedang broken. Agar pembaca bisa move on dari keterpurukannya. Lebih cerdas dalam menyikapi problematika kehidupan. Tidak hanya itu, buku ini juga bisa menjadi kado terindah untuk orang terdekat atau untuk orang yang tersayang. Selamat membaca dan siap-siap terin
spirasi.
Judul : Kebelet BBM (Buru-Buru Move On)
Penulis : Rudi Candra Putra, Shinay Konoichi, Nur Fitriano, dkk
ISBN : 978-602-18767-0-1
Penerbit : Soega Publishing
Halaman : 207 hal (20x14)
Harga : Rp 43.000,- (Belum termasuk ongkir)
Aku tengah bangkit. Bangkit dan terus melangkah. Menebus waktu yang pernah tersia-sia. Luka itu membekas. Tapi tak kuizinkandendam mengekor luka. Aku tak ingin meriapinya kembali umpama jamur di musim hujan. Biarlah Tuhan yang bergerak dengan keadilan-Nya dan perhitungan-Nya. Rapal doa, cukup kudecap tuk permohonan ampunku kepada-Nya dan sebentuk kebahagiaanku yang kuyakini cecapnya ada. Dan goresan-goresan pena yang kutoreh ini merupa kebangkitanku. Pun terapi bagiku menuju jiwa yang baru. Dalam goresan-goresan pena jua kudapati mimpi-mimpi besar yang keberadaannya kuamini sebagai jalan sukses untukku dari-Nya.(Vinny Erika Putri). Salah satu penggalan cerita yang berjudul Hapus Enam Huruf disajikan dalam antologi “KEBELET BBM”.
Endrosmen :
"Cerpen bertajuk move on bagus banget. Duh, mengingatkan masa-masa remaja dan muda pada saat patah hati suka tiap hari nangis-nangis. Kalo diinget-inget, jadi lucu sendiri gitu. Cerpen-cerpen ini bisa mengajarkan kalian tentang kebangkitan semangat setelah merasakan kejatuhan dan putus asa. Bagus sekali!" (Vanny Chrisma W , penulis Gadis Kecil Di Tepi Gaza)
“Cerita cinta emang gak ada matinya, seperti cerita-cerita dalam antologi ini, wuih.. rasanya gurih, bener-bener nikmat, serasa pengen muda terus jadinya, (Boim Lebon, penulis komedi dan produser)
Cara Pemesanan buku :
SMS dengan menyantumkan NAMA, JUMLAH BUKU YANG DIPESAN, ALAMAT KIRIM, NO HANDPHONE PEMESAN, kirim ke 08997023304
Judul : Kebelet BBM (Buru-Buru Move On)
Penulis : Rudi Candra Putra, Shinay Konoichi, Nur Fitriano, dkk
ISBN : 978-602-18767-0-1
Penerbit : Soega Publishing
Halaman : 207 hal (20x14)
Harga : Rp 43.000,- (Belum termasuk ongkir)
Aku tengah bangkit. Bangkit dan terus melangkah. Menebus waktu yang pernah tersia-sia. Luka itu membekas. Tapi tak kuizinkandendam mengekor luka. Aku tak ingin meriapinya kembali umpama jamur di musim hujan. Biarlah Tuhan yang bergerak dengan keadilan-Nya dan perhitungan-Nya. Rapal doa, cukup kudecap tuk permohonan ampunku kepada-Nya dan sebentuk kebahagiaanku yang kuyakini cecapnya ada. Dan goresan-goresan pena yang kutoreh ini merupa kebangkitanku. Pun terapi bagiku menuju jiwa yang baru. Dalam goresan-goresan pena jua kudapati mimpi-mimpi besar yang keberadaannya kuamini sebagai jalan sukses untukku dari-Nya.(Vinny Erika Putri). Salah satu penggalan cerita yang berjudul Hapus Enam Huruf disajikan dalam antologi “KEBELET BBM”.
Endrosmen :
"Cerpen bertajuk move on bagus banget. Duh, mengingatkan masa-masa remaja dan muda pada saat patah hati suka tiap hari nangis-nangis. Kalo diinget-inget, jadi lucu sendiri gitu. Cerpen-cerpen ini bisa mengajarkan kalian tentang kebangkitan semangat setelah merasakan kejatuhan dan putus asa. Bagus sekali!" (Vanny Chrisma W , penulis Gadis Kecil Di Tepi Gaza)
“Cerita cinta emang gak ada matinya, seperti cerita-cerita dalam antologi ini, wuih.. rasanya gurih, bener-bener nikmat, serasa pengen muda terus jadinya, (Boim Lebon, penulis komedi dan produser)
Cara Pemesanan buku :
SMS dengan menyantumkan NAMA, JUMLAH BUKU YANG DIPESAN, ALAMAT KIRIM, NO HANDPHONE PEMESAN, kirim ke 08997023304
Sabtu, 25 Agustus 2012
Chibi
Ia tampak senyum-senyum di depan cermin.
"Sempurna," katanya.
Kemudian ia menuruni anak tangga sembari bernyanyi-nyanyi. Sedang asyik-asyiknya tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya.
"Mau manggung dimana dek?" kata suara itu sembari menahan tawa.
Ia bingung, lantas melihat orang itu sedang sedang memperhatikan baju overall pinknya juga rambut yang ia uraikan dengan poni memenuhi keningnya.
"Apaan sih?" katanya.
"Itu kamu, sudah mirip -- kata-kata terputus -- chibi..chibi..chibi. Ahahahahaha," Tawa itu memenuhi ruangan.
Yang digoda malah cemberut.
"Aish abang jahat. Masa disamain sama cherrybell sih," katanya sambil berlari pergi.
"Sempurna," katanya.
Kemudian ia menuruni anak tangga sembari bernyanyi-nyanyi. Sedang asyik-asyiknya tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya.
"Mau manggung dimana dek?" kata suara itu sembari menahan tawa.
Ia bingung, lantas melihat orang itu sedang sedang memperhatikan baju overall pinknya juga rambut yang ia uraikan dengan poni memenuhi keningnya.
"Apaan sih?" katanya.
"Itu kamu, sudah mirip -- kata-kata terputus -- chibi..chibi..chibi. Ahahahahaha," Tawa itu memenuhi ruangan.
Yang digoda malah cemberut.
"Aish abang jahat. Masa disamain sama cherrybell sih," katanya sambil berlari pergi.
Hanya
Aku tak lagi berani menyapanya. Menatapnya pun tidak, kecuali yang selalu kulakukan, menatapnya dari jauh. Ya, memastikan kamu baik-baik saja dan masih tetap dengan senyum yang itu. Hm cukup begitu saja, ya, hanya itu.
Berkali-kali kamu membuatku tersenyum meski pada akhirnya aku akan mulai tersiksa kembali dengan bayang-bayangmu. Sekian lama kamu memenuhi pikiranku, juga berjalan-jalan dalam setiap mimpiku. Itu begitu menyiksaku, meski bukan sepenuhnya salahmu tapi tetap saja kamu telah membuatku jatuh cinta, mungkin kamu tidak.
Tidak, aku tidak minta apa-apa darimu, aku hanya ingin lupa. Lupa mengapa selalu memperhatikanmu. Lupa mengapa selalu memikirkanmu dan lupa kalau aku jatuh cinta padamu, pada semua senyummu, pada apa pun yang kamu lakukan, juga cerita-ceritamu.
Berkali-kali kamu membuatku tersenyum meski pada akhirnya aku akan mulai tersiksa kembali dengan bayang-bayangmu. Sekian lama kamu memenuhi pikiranku, juga berjalan-jalan dalam setiap mimpiku. Itu begitu menyiksaku, meski bukan sepenuhnya salahmu tapi tetap saja kamu telah membuatku jatuh cinta, mungkin kamu tidak.
Tidak, aku tidak minta apa-apa darimu, aku hanya ingin lupa. Lupa mengapa selalu memperhatikanmu. Lupa mengapa selalu memikirkanmu dan lupa kalau aku jatuh cinta padamu, pada semua senyummu, pada apa pun yang kamu lakukan, juga cerita-ceritamu.
Pergi
Mungkin sudah terlalu lama aku mengagumimu, di sini, dari jauh. Kamu bahkan telah membiarkanku jatuh hati kepadamu dan kamu menjauh sembari mengangkat tangan, "bukan aku," katamu. Padahal kentara sekali kamu membuat aku tak bisa berhenti memikirkanmu, memutar ulang semua senyumanmu, juga rintihan menyakitkan untuk bisa bertemu denganmu.
Hei, kamu harus bertanggung jawab. Tapi baiklah, aku mengerti, kamu tak bisa melakukan hal itu, karena dia. ya, paras cantik yang selalu membuat sebagian hatiku terkoyak dan kamu tahu? itu sungguh menyakitkan. Sekarang, aku memilih untuk pergi. Pergi dari kenangan bersamamu. Pelan-pelan, melepas semua tentangmu dan tak lagi menjumpaimu.
Ya, aku harus benar-benar pergi...
Hei, kamu harus bertanggung jawab. Tapi baiklah, aku mengerti, kamu tak bisa melakukan hal itu, karena dia. ya, paras cantik yang selalu membuat sebagian hatiku terkoyak dan kamu tahu? itu sungguh menyakitkan. Sekarang, aku memilih untuk pergi. Pergi dari kenangan bersamamu. Pelan-pelan, melepas semua tentangmu dan tak lagi menjumpaimu.
Ya, aku harus benar-benar pergi...
Rabu, 25 Juli 2012
Bagian Terbaik
Aku ingin berhenti, sebentar saja. Aku lelah terus menebak-nebak apa yang kamu rasakan dan yang akan kamu lakukan. Aku lelah menawan rindu ini. Rindu saat menatap matamu, melihatmu mentertawakanku, melihat tanganmu entah melakukan apa, lalu berjalan sejajar denganmu, tawa renyah yang diam-diam kunikmati. Aku ingat benar pertama kali berbincang, keajaiban untukku, aku begitu gugup bahkan aku tak tahu harus berbicara apa. Masih bolehkah aku merindukan semua itu? Tidak, aku tidak akan memaksamu. Aku hanya ingin menyimpan semua itu dalam bagian terbaik hidupku.
Kenangan
Terduduk sendiri disana. Memikirkanmu, kenangan bersamamu juga kenyataan tak terjangkau. Beberapa kali aku berlari dari kenangan itu tapi dia menggenggam tanganku sangat erat. Mungkin bagimu itu hal kecil. Aku menyerah dan memilih duduk bersama kenangan itu. Kami berbincang, berbicara tentangmu lalu tertawa bersama. Menyenangkan meski ada sesuatu yang mulai menusuk-nusuk. Katanya, dia masih ingin bersamaku sebelum dia benar-benar pergi. Ya, hanya berdua saja, aku dan kenangan, tanpa kamu. Aku tersenyum.
"Tinggallah sesukamu, aku tak apa," kataku.
Kini aku tak lagi berusaha lari darinya. Aku yang akan mengantarkannya, berjabat tangan, berpelukan dan dia menjauh dari ingatanku.
"Tinggallah sesukamu, aku tak apa," kataku.
Kini aku tak lagi berusaha lari darinya. Aku yang akan mengantarkannya, berjabat tangan, berpelukan dan dia menjauh dari ingatanku.
Tidak Lagi
Ia sedang asyik bermain dengan kupu-kupu taman yang tampak sangat lucu. Warna biru itu memukau matanya. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang membuat kupu-kupu itu terbang menjauh.
"Ah, kenapa pergi?" katanya.
Lalu dilihatnya seseorang yang kini duduk disampingnya.
"Ada apa? Kekasihmu lagi?" katanya tak sabar.
Laki-laki itu mengangguk. Hening. Hanya terdengar angin yang berkejaran.
"Sudah kukatakan berkali-kali, dia tak baik untukmu, kak," katanya lalu menyerahkan sebongkah coklat besar.
Ia tak mau lagi melihat laki-laki itu terpuruk dikamar gelapnya hanya karena perempuan itu, yang ia jumpai di gang sempit dengan laki-laki lain, bukan kakaknya.
"Ah, kenapa pergi?" katanya.
Lalu dilihatnya seseorang yang kini duduk disampingnya.
"Ada apa? Kekasihmu lagi?" katanya tak sabar.
Laki-laki itu mengangguk. Hening. Hanya terdengar angin yang berkejaran.
"Sudah kukatakan berkali-kali, dia tak baik untukmu, kak," katanya lalu menyerahkan sebongkah coklat besar.
Ia tak mau lagi melihat laki-laki itu terpuruk dikamar gelapnya hanya karena perempuan itu, yang ia jumpai di gang sempit dengan laki-laki lain, bukan kakaknya.
Selasa, 24 Juli 2012
Kutub Magnet
Aku pasti akan selalu ingat saat kamu dan aku duduk berdua disana, ruangan dengan banyak kursi juga jendela yang terbuka, membiarkan sinar mentari dan angin berebut untuk masuk. Iya, memang bukan hal aneh. Duduk bersama dan berbincang juga tertawa dengan orang yang dulu bahkan seperti magnet dengan kutub yang sama, jelas saling menjauh. Tapi itu dulu, perlahan kutubnya mulai berbeda dan bisa menyatu. Ya, itu masih tetap dulu, setahun yang lalu, sekarang? Mungkin kutubnya telah berubah lagi. Tahun ini, tak akan ada lagi aku dan kamu duduk bersama, berbincang juga tertawa. Ya, itu masih mungkin, belum menjadi kenyataan tapi aku akan selalu ingat.
Coklat
Mengingat bersamamu, membuka hari penuh goresan. Tertawa bersamamu, menikmati pagi dengan senyummu. Ah, rasanya seperti makan coklat. Manis dan menyenangkan. Aku begitu menikmatinya hingga lupa, coklat itu mungkin akan segera habis, tapi tenang, aku masih bisa mengenangnya, mengingat semua waktu itu. Ya, mungkin begitu. Entahlah dengan dirimu, apa seperti itu juga atau tidak. Coklat akan selalu manis, seperti juga kenangan itu, seperti juga dirimu.
Bohong
Malam sunyi dibawah kerlip bintang ia duduk termenung. Ada perempuan disampingnya, sahabat sejak kecil.
"Sudahlah kawan. Ia tertawa bersamamu bukan berarti ia suka. Ia mengagumimu bukan berarti ia jatuh cinta. Sejak awal ia telah memiliki kebahagiaannya, lalu kamu hadir. Lihat, ia hanya berteman denganmu, tak lebih," kata perempuan.
Hening.
"Aku juga bahagia bila ia bahagia. Ya, mungkin begitu," katanya.
Ia berbohong, membohongi hatinya, membohongi keberadaan dan meracuni perasaan itu agar cepat musnah. Ia tak peduli dengan sakit yang menderunya. Ia tak ingin mempedulikan hal itu lagi. Ia hanya ingin rasa itu pergi. Mengerti dan menerima, itu saja yang kini harus dilakukannya.
"Sudahlah kawan. Ia tertawa bersamamu bukan berarti ia suka. Ia mengagumimu bukan berarti ia jatuh cinta. Sejak awal ia telah memiliki kebahagiaannya, lalu kamu hadir. Lihat, ia hanya berteman denganmu, tak lebih," kata perempuan.
Hening.
"Aku juga bahagia bila ia bahagia. Ya, mungkin begitu," katanya.
Ia berbohong, membohongi hatinya, membohongi keberadaan dan meracuni perasaan itu agar cepat musnah. Ia tak peduli dengan sakit yang menderunya. Ia tak ingin mempedulikan hal itu lagi. Ia hanya ingin rasa itu pergi. Mengerti dan menerima, itu saja yang kini harus dilakukannya.
Tak Bosan
Senja itu, aku duduk dikursi kayu taman, disamping laki-laki yang bercerita dia dan kekasihnya mengalami love cold. Banyak sekali yang laki-laki ceritakan dan aku hanya tersenyum.
"Kekasihmu itu sangat baik," kataku.
Laki-laki menatap tanya. Aku melanjutkan kata-kataku.
"Dia jarang menghubunginmu, agar ada rindu diantara kalian. Dia jarang bertemu denganmu, agar setelah menikah kamu tak bosan. Dia jarang menemuimu, agar kamu selalu ingin disampingnya, agar kamu tak bosan dengan kehadirannya. Dengan begitu kalian bisa melakukan banyak hal. Lihat, betapa baiknya dia. Dia tak ingin membuatmu bosan, dia ingin kamu bahagia," kataku mengakhiri.
Laki-laki menatapku dan tersenyum.
"Aku mengerti," katanya.
"Kekasihmu itu sangat baik," kataku.
Laki-laki menatap tanya. Aku melanjutkan kata-kataku.
"Dia jarang menghubunginmu, agar ada rindu diantara kalian. Dia jarang bertemu denganmu, agar setelah menikah kamu tak bosan. Dia jarang menemuimu, agar kamu selalu ingin disampingnya, agar kamu tak bosan dengan kehadirannya. Dengan begitu kalian bisa melakukan banyak hal. Lihat, betapa baiknya dia. Dia tak ingin membuatmu bosan, dia ingin kamu bahagia," kataku mengakhiri.
Laki-laki menatapku dan tersenyum.
"Aku mengerti," katanya.
Lupa
Rasa itu mengusik batinnya. Ia tak tenang, dadanya berdegup tak biasanya.
"Kenapa ini?" katanya.
Lama ia terdiam merasakan degup yang mulai menyakitkan. Lama dan cukup lama. Mengingat kembai hal yang membuatnya suka pada seseorang dan kini harus menggalau karena ulahnya sendiri.
"Apa yang salah?" katanya lagi sembari menekan kesakitan yang dirasa.
Disaat itulah tiba-tiba ia mengingat suatu hal yang hampir dilupakannya.
"Titip hatiku ya, Allah. Sukakan dan cintakan aku pada jodohku. Serahkan hatiku padanya ketika waktunya tiba. Aamiin,"
Do'a itu selalu ia azamkan. Tersadarlah ia akan kenyataan yang kini dialaminya.
"Mungkin bukan dia," katanya sembari tersenyum.
"Kenapa ini?" katanya.
Lama ia terdiam merasakan degup yang mulai menyakitkan. Lama dan cukup lama. Mengingat kembai hal yang membuatnya suka pada seseorang dan kini harus menggalau karena ulahnya sendiri.
"Apa yang salah?" katanya lagi sembari menekan kesakitan yang dirasa.
Disaat itulah tiba-tiba ia mengingat suatu hal yang hampir dilupakannya.
"Titip hatiku ya, Allah. Sukakan dan cintakan aku pada jodohku. Serahkan hatiku padanya ketika waktunya tiba. Aamiin,"
Do'a itu selalu ia azamkan. Tersadarlah ia akan kenyataan yang kini dialaminya.
"Mungkin bukan dia," katanya sembari tersenyum.
Suka?
Sejak menerima pesanmu tentang mimpimu yang kita bilang parah, saya curiga dengan senyum saya yang mulai berbeda. Ada sedikit rasa aneh tapi saya abaikan. Lalu cara saya menunggu pesan darimu, itu jelas sangat berbeda dan senyum itu semakin aneh. Berkali-kali saya meminta maaf kepada dia dalam hati. Jelas saya merasa berdosa dengan keadaan ini. Perasaan yang entah apa namanya, saya tidak tahu, mulai menari-nari dalam beberapa waktu. Apa itu yang dinamakan suka? Salahkah?
Mungkin
Ia lebih suka menatap langit kebiruan karena ada banyak sekali arakkan awan yang berbentuk macam-macam. Ada beruang, bunga, ikan, gunung dan,
"Ah kenapa ada awan seperti itu?" katanya.
Awan yang ditatapnya membentuk wajah tersenyum.
"Dia," gumamnya.
Terlalu sering ia menyimpan senyum-senyum itu. Dosakah? Ia bahkan tak ingat kapan terakhir kali ia melihat senyum itu. Mungkin ia tak akan menjumpainya lagi setelah kotak salju itu ia berikan. Mungkin itu kali terakhirnya ia mencuri senyum itu.
"Ah kenapa ada awan seperti itu?" katanya.
Awan yang ditatapnya membentuk wajah tersenyum.
"Dia," gumamnya.
Terlalu sering ia menyimpan senyum-senyum itu. Dosakah? Ia bahkan tak ingat kapan terakhir kali ia melihat senyum itu. Mungkin ia tak akan menjumpainya lagi setelah kotak salju itu ia berikan. Mungkin itu kali terakhirnya ia mencuri senyum itu.
Dengar
Disudut jendela, perempuan mulai bicara.
"Aku menyukaimu. Ya, rasa itu kini bersemayam dalam hatiku. Ia memaksaku untuk menerobos masuk kedalam hatimu. Aku tahu, sejak hari itu senyummu selalu ada dalam halaman hidupku, hingga sekarang. Dengar, cemburu itu telah hadir bersamaan dengan cinta yang bergandengan. Aku hanya tersenyum. Aku tak bisa melakukan itu. Aku harus menghormati dia yang lebih dulu bersamamu dan tidak mencuranginya. Jika saja semua rasa ini benar adanya, akan kuceritakan semua padamu. Ya, jika saja. Tapi sekarang aku belum memliki alasan kuat untuk melakukannya. Bukan, ini bukan suka, apalagi cinta. Ini hanya rasa nyaman,"
Hening.
"Kau bisa dengar itu?" ia bergumam pada langit seakan laki-laki itu berada disana.
"Aku menyukaimu. Ya, rasa itu kini bersemayam dalam hatiku. Ia memaksaku untuk menerobos masuk kedalam hatimu. Aku tahu, sejak hari itu senyummu selalu ada dalam halaman hidupku, hingga sekarang. Dengar, cemburu itu telah hadir bersamaan dengan cinta yang bergandengan. Aku hanya tersenyum. Aku tak bisa melakukan itu. Aku harus menghormati dia yang lebih dulu bersamamu dan tidak mencuranginya. Jika saja semua rasa ini benar adanya, akan kuceritakan semua padamu. Ya, jika saja. Tapi sekarang aku belum memliki alasan kuat untuk melakukannya. Bukan, ini bukan suka, apalagi cinta. Ini hanya rasa nyaman,"
Hening.
"Kau bisa dengar itu?" ia bergumam pada langit seakan laki-laki itu berada disana.
Mencintaimu
"AKU MENCINTAIMU HEEIIII!!!"
Ia berteriak tidak pada siapa pun. Diujung batu itu ia berdiri. Terpaku. Dadanya panas, sakit. Ia baru menyadari, ada cemburu yang bersemayam disana dan itu berarti ada cinta juga. Cinta? Benarkah? Pada laki-laki itu? ia meneriakkan kembali kata-kata tadi, terus menerus hingga suara dibelakangnya menghentikan teriakkannya.
"Apa dengan begitu dia bisa tahu perasaanmu?" kata laki-laki.
"Mungkin, karen dia sedang disini, berbicara denganku," kata perempuan.
Hening.
Ia berteriak tidak pada siapa pun. Diujung batu itu ia berdiri. Terpaku. Dadanya panas, sakit. Ia baru menyadari, ada cemburu yang bersemayam disana dan itu berarti ada cinta juga. Cinta? Benarkah? Pada laki-laki itu? ia meneriakkan kembali kata-kata tadi, terus menerus hingga suara dibelakangnya menghentikan teriakkannya.
"Apa dengan begitu dia bisa tahu perasaanmu?" kata laki-laki.
"Mungkin, karen dia sedang disini, berbicara denganku," kata perempuan.
Hening.
Berharga
"Aku punya sesuatu untuk kamu," kata perempuan kepada laki-laki didepannya.
Laki-laki menanggapi dengan antusias. Tangannya dibalik punggung, jelas sekali ia memegang sesuatu.
"Tadaaa..." ia mengulurkan dua lembar kertas, tiket.
Kening laki-laki mengkerut.
"Ha.. Jepang?" katanya.
Ia mengangguk penuh senyum. Laki-laki itu pasti sangat menyukainya. Memang ada senyum diparas laki-laki itu tapi kemudian memudar. Laki-laki itu berkata bahwa ia telah berjanji mengajak kekasihnya tapi belum ia penuhi.
"Aku tak mungkin pergi tanpa dia, denganmu," kata laki-laki.
Hening.
"Kamu bisa ajak dia. Pakai saja tiketku," katanya tersenyum lalu tertunduk menghapus rangkaian kejutan yang ia siapkan, juga menepis perasaannya. Ia tahu, senyum itu lebih berharga untuknya meski sedikit melukai.
Laki-laki menanggapi dengan antusias. Tangannya dibalik punggung, jelas sekali ia memegang sesuatu.
"Tadaaa..." ia mengulurkan dua lembar kertas, tiket.
Kening laki-laki mengkerut.
"Ha.. Jepang?" katanya.
Ia mengangguk penuh senyum. Laki-laki itu pasti sangat menyukainya. Memang ada senyum diparas laki-laki itu tapi kemudian memudar. Laki-laki itu berkata bahwa ia telah berjanji mengajak kekasihnya tapi belum ia penuhi.
"Aku tak mungkin pergi tanpa dia, denganmu," kata laki-laki.
Hening.
"Kamu bisa ajak dia. Pakai saja tiketku," katanya tersenyum lalu tertunduk menghapus rangkaian kejutan yang ia siapkan, juga menepis perasaannya. Ia tahu, senyum itu lebih berharga untuknya meski sedikit melukai.
Tak Mungkin
Tak ada yang tak mungkin.Ya, ia meyakini betul kalimat itu. Ia juga tahu, perasaan itu benar adanya, ya, dihatinya. Ia juga tahu, laki-laki itu akan merasakan itu padanya, tapi ia tepis dugaannya. Ia tahu hal itu dapat terjadi tapi ia tak mau meyakini itu seorang diri. Menganggap ada pengecualian untuk hal itu. Didepan laki-laki itu, "AKU MENYUKAIMU, SUNGGUH!!" kata itu begitu lantang ia teriakkan kepada laki-laki itu, ya, berteriak dalam hati dan hanya menghasilkan senyum getir yang dipaksakan menjadi senyum manis dihadapan laki-laki itu.
Rindu 2
Rindu, rindu, rindu. Membelenggu sapuan senja yang akan segera beranjak. Ada cinta yang menunggu untuk disambut, tapi yang ditunggu, tidak. Melepas adalah cara terbaik ketika satu pihak tak lagi dapat berjalan. Cinta seperti sepeda, memiliki dua roda yang berputar bersamaan. Ia tak dapat dipaksakan bila salah satunya rusak. Sama halnya dengan rindu. Bila hanya satu pihak yang merasakannya, akan sulit untuk menautkannya. Apalagi rindu kepada seseorang milik orang lain. Ia akan membunuhmu perlahan dengan rindu yang tak seharusnya.
Pernikahan
Senja itu rumahnya masih lengang. Ia baru saja merapikan istananya lalu menanti pangerannya tiba. "Assalamualaikum," terdengar suara mulai memasuki rumah yang langsung disambut dengan senyum hangat. Diciumnya tangan laki-laki itu dan membalas dengan mengecup keningnya. Ah, betapa bahagianya ia dengan laki-laki yang dipanggilnya abi. Seperti seminggu yang lalu, ia selalu menyajikan teh hangat kesukaan suaminya dan bercengkrama menikmati indah pernikahan yang baru sepekan itu.
Maaf
Dengan penuh semangat ia berjalan ke tempat itu, membawa bungkusan cukup besar. Orang yang dihampirinya, teman dekatnya sejak lama, sedang berkumpul dengan mereka, mungkin teman-temannya karena mereka terlihat begitu intim. Penuh senyum ia menghampiri laki-laki itu. Berharap ia akan segera menemui senyum itu, tapi harapannya pupus begitu cepat ketika detik berikutnya ia berada dihadapannya dengan mendengar kata-kata itu, kata-kata yang mentulikan pendengarannya. "Siapa kamu?" kata laki-laki itu dengan wajah datar. Deg. Dadanya panas, hatinya perih. Petir itu menyambar tepat pada dirinya. Tertunduk dan menahan sesak. "Aku...bukan siapa-siapa. Maaf," katanya smabil pergi bersama air mata tak terbendung hingga panggilan dibelakangnya pun tak lagi ia hiraukan.
Parfum
Pertama kali aku bertemu dia, satu hal yang aku ingat, semerbak wangi parfumnya. Ya, selalu itu yang aku nanti. Seperti sekarang, wangi parfum itu berkeliaran di udara bebas dan selalu pikiranku tertuju kepada dia si pemilik wangi parfum itu ketika penciumanku dibuai semerbaknya. Tapi bukan dia, hanya orang lain. Ya, wangi itu telah hilang sejak lama. Aku hanya menikmati wangi parfum itu, tepatnya mencurinya, dari orang lain.
Tawa
Siang yang terik tak lantas membuat kami harus mundur. Dengan pakaian bersayap juga batik merah keunguan berlaga didepan beratus pasang mata. Ada rasa puas dan sedikit kecewa yang bergolak dalam hati. Itulah jerih payah kami selama sepekan ini dan berhasil mentertawakannya saat itu juga. Kubilang bahagia itu sederhana. Ia tak butuh intan, berlian juga permata. Ia hanya butuh kebersamaan, tawa, canda dan saling memahami. Lihat, itu sangat sederhana, bahkan lebih sederhana dari meneguk segelas air. Itu yang aku dapat dari mereka yang hampir sepekan ini terus berada dalam lingkaran waktuku. Tawa itu telah menjadi tali pengikat permanen untuk kami.
Tak Ada
Mentari masih malu-malu untuk menampakkan rupanya. Sedangkan gadis itu telah terduduk diatas meja menghadap jendela terbuka. Pandangannya menatap lurus. Ruangan itu masih lengang, hanya ada kursi-kursi yang membisu dalam keheningan. Matanya mulai terpejam sejalan dengan sepoi angin yang membelai wajahnya. Ia menikmatinya bersama lantunan biola yang entah datang dari mana. Cukup lama ia terdiam menikmati paginya. Hingga tiba-tiba, tap tap tap. Langkah itu semakin dekat, lalu tangan hangat meraih pundaknya bersamaan dengan sapaan lembut dari orang itu. Alisnya mengkerut, ia membuka mata dan menoleh. "Tak ada," katanya. Ia lupa, orang itu telah pergi jauh-jauh hari.
Fatal
Rasanya tetap bermain adalah cara yang kurang tepat untuk dipilih. Mungkin harus menulis dijidat JAGA JARAK dengan huruf kapital, size super juga tak lupa menggunakan bold. Ya, mungkin harus begitu, tapi sungguh, itu akan sangat terlihat bodoh. Lalu apa aku harus membuka jahitan yang telah susah payah aku jalin? Ah, tidak. Aku sangat tak ingin melakukannya. Itu sangat menyakitkan. Lalu? Memang salahku diawal dan sekarang semakin fatal. Lihat, aku salah menempatkan jarum dan malah melukai aku sendiri. Ah, iya. Harusnya aku tak bermain dan berhenti melakukannya. Ya, pelan-pelan dan jangan tergesa.
Kematian
Sirine itu masih tetap meraung-raung. Deretan benda-benda beroda itu masih pada tempatnya sejak beberapa detik yang lalu. Mengapa mereka tak membiarkan kendaraan itu lewat? Apa mereka tidak mengerti dengan auman sirine itu? Mereka sibuk, mereka tahu mereka masih bisa menunggu tapi apakah kematian bisa menunggu? Apakah ia bisa memberi toleransi dan menunggu? Tidak.
Komitmen
Menjelaskan perasaan saja tidak bisa, selalu terbentur niat yang diazamkannya. Ada rasa takut, enggan untuk memulai tali yang belum diyakininya. Ia ingin tapi tak berani. Ia tak ingin kembali mendera batinnya. Ia tak ingin kembali membual. Komitmen yang ia yakini membuatnya semakin paham. Ia ingin sesuatu yang pasti, yang menjadi haknya.
Pelangi
"Aku hanya perlu sabar dan usaha," katanya. Ia tahu guratan pelangi itu masih samar. Tidak, itu bukan miliknya, tapi ia masih saja bermain dengannya. Hujan itu mengingatkannya. Ia masih harus mencari pelangi untuk senjanya. "Ya, bukan yang ini. Itu milik senja lain," katanya lagi. Haruskah memungkirinya? Karena rindu itu semakin mengancamnya.
Lihat
Lihat, mereka saling memburuku tepat saat kamu akan benar-benar pergi. Mereka selalu memapahku dalam barisan mimpi tentangnya. Tentang kenangan yang belum sempat kita rangkai. Tentang tawa yang masih menjadi awan diangkasa. Tentang perjalanan yang belum kita tempuh. Tentang semua yang masih menjadi rahasia. Lihat, aku bahkan tak akan melukiskan apa pun diwajahku ketika kamu akan benar-benar pergi. Lihat, semua berburu, menjejali diri satu persatu untuk diadili. "Aku tak ingin waktu itu ada," katanya. Ketika sampai pada waktunya, maka ia akan kembali berputar kesemula, tanpa kamu.
Hijab
Selalu ada hijab diantara keduanya. Ya, ia menyebutnya sedang bermain petak umpet. Terkadang ada tawa kecil ketika melihat mereka saling menyapa tanpa mellihat. Seakan sedang berbicara dengan tirai.Tapi ketika ia sendiri mengalami, ternyata memang ada sesuatu yang didapat setelah itu.
Lama
Kali itu ia mendapat pesan yang tak biasanya. Ia menyetujui ajakan dari pesan itu. Lalu menit berikutnya ia sudah berdiri dipinggir jalan, menunggu seseorang menjemputnya. Satu dua menit ia masih sanggup untuk menunggu. Lama, lama dan lama. Belum juga tiba. Ia masih menunggu. Tap tap tap. Kakinya mulai dihentakkan, menimbulkan bunyi seperti nyanyian. Menunggu lagi. "Lama," katanya. Tengok sana sini. "Tidak ada," katanya. Menunggu. Lama, lama dan lama. "Aaaaaaah kapan datangnya sih?" katanya lagi mulai tak sabar.
Senyum
Senja itu ia bertemu dengannya. Dibawah kaki langit jingga membentang digaris horizon. Mereka tertawa ceria. Sangat bahagia. Ada sekerat kue coklat yang sengaja dibuatnya beberapa jam yang lalu. Seperti yang selalu ia katakan, senja tak pernah mengecewakannya. Ia mendapat apa yang ia mau, melihat senyuman terbaik darinya, sebelum akhirnya ia hanya akan bisa melihat itu dari ingatannya. Tepat beberapa hari kemudian, ia kembali menemui senja dibawah pohon sakura. Ia kembali melihat senyum itu, dalam ingatannya.
Senin, 23 Juli 2012
Melupakan
Nyaris satu tahun ia memutus hubungan dengan laki-laki itu. Laki-laki yang amat dicintainya, yang harus ia relakan karena suatu hal. Suatu hari, tiba-tiba saja laki-laki itu menghubunginya kembali. "Aku tidak bisa melupakanmu," kata laki-laki itu. "Tak akan semudah itu melupakan aku. Dia saja yang sudah lima tahun masih belum melupakan aku, apalagi kamu," kata perempuan.
Flu
Pagi itu terasa berat untuknya. Penyakit itu berhasil membobol pertahanan tubuhnya. "Haciim...hacim." Suara itu terdengar hampir tiap menit. Tangannya merogoh sesuatu di tas."Wah habis," katanya. Bersin-bersin itu terus memburunya. Saat seperti itu, tiba-tiba saja ada seseorang yang menyodorkan tisu. Tisu itu terlihat bagaikan bongkahan emas yang segera diraihnya, namun ia segera terdiam ketika melihat paras itu. Terpesona menatapnya. Lalu, "dua ribu, neng," kata laki-laki itu dengan wajah serius. "Yee itungan banget sih," jawabnya. "Hahaha.. ngga ko, bercanda," kata laki-laki itu.
Kun Fayakun
Senja dan pelangi tak berjodoh. Pelangi adalah jodoh hujan. Tapi kalau kun fayakun? Bisa saja kan senja dan pelangi jadi jodoh :D
Setidaknya
Setidaknya aku pernah kenal dengan dia, berbincang dengan dia, berjalan disamping dia, makan dengan dia, melihat dia tersenyum, melihat dia tertawa dan melihat dia galau. Setidaknya semua telah terjadi selama satu tahun ini. Seandainya dia pergi pun, setidaknya aku bisa mengingat semua itu.
Mengganggu
Sekali lagi HP itu berdering setelah sebelumnya berdering berkali-kali. "Hm bosan sekali," kata laki-laki itu. Namun tak pernah ia utarakan langsung kepada si empunya. Setiap waktu, HPnya selalu berdering. Bukan, bukan dari pacarnya, hanya seseorang yang baru menjadi teman dekatnya. Hingga suatu waktu, laki-laki itu tak dapat lagi menerima keadaannya. "Semua pesanmu itu sungguh sangat mengganggu. Tak ada pentingnya untukku," katanya. Send. Detik berikutnya, HP itu berdering. "Maaf," hanya kata itu. Sejak saat itu, HPnya tak berdering seperti dulu.
Senja
Kini aku harus mengurungkan niatku untuk mendekapnya, memeluknya dengan kedua tanganku. Aku harus menguburnya dalam-dalam, memusnahkan rasa yang bukan cinta ini, karena cinta harus ada cemburu dan aku tidak memiliki itu. Harus kuterbangkan semua mimpiku tentang si lengkung pelangi dilangit tanpa ujung. Senja dan pelangi memang tak berjodoh. Pelangi hanya berjodoh dengan dia, si hujan.
Menunggu
Ia bahkan tak akan menerima laki-laki itu menjadi pacarnya, atas dasar apa pun. "Tapi aku menyayangimu," laki-laki itu meyakinkan. Sekeras apa pun laki-laki itu berusaha, tak ada celah untuknya karena ia masih menunggu. "Maaf, belum ada alasan untukku bisa menjadikanmu pacarku," katanya, lalu pergi.
Dia
Pagi buta, gadis itu bersama temannya sudah memenuhi lapak kantin sembari menonton acara TV kesukaan mereka, spongebob. Sedang asyik menonton tiba-tiba, hap, mata gadis itu tertutup tangan seseorang. "Siapa ini?" katanya meraba tangan itu. Detik berikutnya, tangan itu terlepas dan terlihatlah deretan gigi, tersenyum. "Ternyata dia," katanya pelan. Dia yang akhir-akhir ini selalu ada dimana pun gadis itu berada. Bahkan kerap kali menunggu hanya supaya pulang bersama.
Biola
Gadis itu sedang membolak-balik buku dengan judul Biola Untuk Pemula. Ia sangat serius hingga tak menyadari kedatangan laki-laki disampingnya. "Serius amat," katanya. Mata itu menoleh lalu tersenyum. Kedatangannya begitu tiba-tiba, ia juga membawa bungkusan cukup besar. "Habis mudik ya? Hehe," komentarnya. Laki-laki menyodorkan bungkusan itu. Mata mereka hanya saling menatap, lalu dibukanya perlahan. "Waah biolaa," setengah berteriak. Lalu ia berhasil mencabik pipi laki-laki itu yang kemudian berteriak juga. "Terima kasih ya," katanya malu-malu.
GWS
Ruangan itu menjadi tampak berantakan karena ia-perempuan itu-selalu berhasil meluncurkan benda ditangannya. Akhir-akhir ini tubuhnya menjadi tak terkendali. Benda terakhir yang ia jatuhkan adalah makan siangnya sendiri. "Ayolah, kau butuh istirahat," kata laki-laki yang baru saja datang. Setelah jatuh berkali-kali, akhirnya ia menyerah. Laki-laki itu memapahnya menuju kamar dan ambruk. Ia terlalu lelap untuk merasakan selimut hangat dan belaian lembut pada kepalanya, juga ucapan laki-laki itu, "get well soon, dek," katanya lalu pergi.
Si Putih
Ingat si putih, ingat jaman dulu. Si putih yang menjadi idola tapi acuh. Aku dan si putih menjadi akrab bagaikan adik dan kakak yang telah lama tidak bertemu. Setiap aku pulang malam, si putih selalu mengantarku dengan motor bebeknya. Si putih yang selalu melempar senyum saat berpapasan denganku. Ah, sayang. Si putih kini telah pergi, jauh. Pernah suatu hari aku bertemu si putih, namun tidak dengan bebeknya yang dulu, tapi dengan ninja merah.
Happy Birthday
Ruangan itu tampak gelap gulita. Tak ada satu titik cahaya pun. Tangannya meraba-raba benda disekitarnya. "Lagi pemadaman ya?" katanya. Lalu tiba-tiba cahaya menyilaukan juga teriakkan itu mengejutkannya, "HAPPY BIRTHDAY", terucap serempak seperti paduan suara. Senyum itu mengembang. Dipeluknya perempuan itu yang dipanggilnya adik.
Say It
Sore itu, ia duduk berdua, dibawah pohon rindang disertai sepoi angin. Senyum juga merekah pada keduanya. "Maafkan aku menyimpan ini semua terlalu lama,". Laki-laki disampingnya hanya menatap. Hening. "Terlalu lama aku membiarkan rasa ini, lebih dari sekedar rasa rindu yang memenjara, rasa cinta," katanya.
Rindu
Hujan menemani malam kelabunya. Dingin yang menusuk-nusuk semakin ingin membuatnya berteriak-teriak menangis. Menangisi rindu yang kini memasung hatinya. Rindu yang kini mematahkan sayap cintanya. "Ah, rindu. Mengapa harus tertuju pada dia yang telah memiliki rindu yang lain?" tanyanya yang kini mulai berderai air mata.
Es Krim
Tepat pukul 12 tengah hari, ia berjalan bersama peluh juga panas matahari yang membakar. Langkahnya terlihat gontai manakala jalan yang dilalui tak lagi mulus. Lelah, panas juga kerongkongan yang mulai kering meminta setetes air. Tiga puluh menit berikutnya, benda padat, manis dan dingin melumer dimulutnya lalu berjalan menuruni kerongkongannya yang sedari tadi telah tandus. "Ah, nikmatnya es krim coklat ini," katanya.
Minggu, 03 Juni 2012
Rindu Senja
Dalam kepakkan sayap senja,
kutitipkan berjuta rindu dirimbunnya musim semi kemerahan.
Kuselipkan doa dalam setiap semilir angin mendayu perlahan.
Memejamkan malam dalam dekapan beribu bintang,
lalu terlelap bersama hangatnya cahaya rembulan.
Bandung, Kliningan, 31 Mei 2012
kutitipkan berjuta rindu dirimbunnya musim semi kemerahan.
Kuselipkan doa dalam setiap semilir angin mendayu perlahan.
Memejamkan malam dalam dekapan beribu bintang,
lalu terlelap bersama hangatnya cahaya rembulan.
Bandung, Kliningan, 31 Mei 2012
Senja Bersamamu
Ketika tetes hujan mulai menitikkan diri,
ketika daun menari indah disapuan angin senja,
aku melihatmu,
melihat senyummu,
melihat semua yang tak pernah kulihat,
namun pernah terlintas dalam benakku.
Ya, semua ini,
semua kejadian ini.
Bolehkah sekarang aku histeris dan menamparmu dengan senyuman gilaku?
Bandung, Kliningan, 28 Mei 2012
ketika daun menari indah disapuan angin senja,
aku melihatmu,
melihat senyummu,
melihat semua yang tak pernah kulihat,
namun pernah terlintas dalam benakku.
Ya, semua ini,
semua kejadian ini.
Bolehkah sekarang aku histeris dan menamparmu dengan senyuman gilaku?
Bandung, Kliningan, 28 Mei 2012
Senyummu
Ratapan malam kembali menggema
Indah lembayung warnai seraut wajah dikejauhan
Ya, wajah yang kini tengah kunanti
Antara disegaris lembayung jingga
Nyanyikan lagu kedamaian hati, warnai senja
Rindu yang membelengguku semakin erat
Ingin memeluk walau hanya bayangmu
Di segaris warna pelangi manja
Waktu seakan terhenti ketika kau tersenyum
Ah, sayangnya itu bukan milikku
Namun lebih dari itu semua
Senyummu memiliki berjuta makna
Yang kini tengah berputar didunia tanpa batasku
Aku kini menyadari, malam belum berakhir
Hanya senyum itu yang membawa pagi lebih cepat
Bandung, Cijagra, 01 Juni 2012
Didedikasikan untuk sahabat saya
Indah lembayung warnai seraut wajah dikejauhan
Ya, wajah yang kini tengah kunanti
Antara disegaris lembayung jingga
Nyanyikan lagu kedamaian hati, warnai senja
Rindu yang membelengguku semakin erat
Ingin memeluk walau hanya bayangmu
Di segaris warna pelangi manja
Waktu seakan terhenti ketika kau tersenyum
Ah, sayangnya itu bukan milikku
Namun lebih dari itu semua
Senyummu memiliki berjuta makna
Yang kini tengah berputar didunia tanpa batasku
Aku kini menyadari, malam belum berakhir
Hanya senyum itu yang membawa pagi lebih cepat
Bandung, Cijagra, 01 Juni 2012
Didedikasikan untuk sahabat saya
Tanpamu
Tiga tahun menjelang dan aku tak dapat menemukan walau hanya sehelai rambut tipismu. Aku dihantui bayangan kenangan indah itu. Aku dihantui bayangan senyum manismu. Tiga tahun aku tak dapat melihat pancaran mata itu. Aku tak dapat membelai hangat sapamu. Tiga tahun aku tak dapat berdiri disampingmu, diantara deretan lemari-lemari tua itu, diantara himpitan buku-buku berdebu itu.
Kenangan manis yang harus berakhir saat aku harus pergi. Pergi jauh darimu. Pergi dari semua memori indah itu. Setelah kepergianku, aku tak menjumpai kabar apapun tentang dirimu. Memilukan. Seseorang yang selalu bersamamu, kini hilang bagai ditelan bumi, hilang dari peradaban.
Canda tawa itu. Senyuman manis itu. Kehangatan itu. Aku merindukan semua itu, wahai lelaki yang jauh disana. Rindu saat kau mengajakku kesana. Menemanimu mengabaikan sang waktu. Rindu untuk kembali mencium sofa hangat itu. Semua kerinduan itu aku kubur dalam-dalam karena aku sadar dan aku cukup tahu diri. Aku kini hanya masa lalu. Temanmu saat tertawa, ya, dulu. Bukan sekarang.
Tiga tahun aku tanpamu, wahai pemilik paras yang lembut. Tiga tahun aku terlantung dalam film yang tak ada habisnya. Dan saat itu juga aku harus merelakan semua kenangan indah itu, kau bagi dengan bidadari lain yang tak ku ketahui.
Sabtu, 28 April 2012
Rinduku
Kutatap kembali senja kala itu.
Berharap kutemukan seulas senyum manis dari parasmu.
Namun tak kujumpai juga.
Hingga akhirnya malam merenggut semua kerinduanku.
Aku berjalan di satu sisi malam.
Berharap kau yang akan aku jumpai.
Namun ternyata kau tak disana.
Aku ingat senyum terakhirmu senja itu.
Lantas langit indah itu merenggut semuanya dariku.
Menenggelamkan semua mimpi yang kususun rapi.
Aku yang kini sendiri,
menantimu yang tak akan pernah kembali dismapingku.
Walaupun itu hanya bayangmu.
Rindu yang semakin menggunung,
tak mampu lagi kutahankan.
Berharap kutemukan seulas senyum manis dari parasmu.
Namun tak kujumpai juga.
Hingga akhirnya malam merenggut semua kerinduanku.
Aku berjalan di satu sisi malam.
Berharap kau yang akan aku jumpai.
Namun ternyata kau tak disana.
Aku ingat senyum terakhirmu senja itu.
Lantas langit indah itu merenggut semuanya dariku.
Menenggelamkan semua mimpi yang kususun rapi.
Aku yang kini sendiri,
menantimu yang tak akan pernah kembali dismapingku.
Walaupun itu hanya bayangmu.
Rindu yang semakin menggunung,
tak mampu lagi kutahankan.
Saat Aku..
Saat kesunyian berada di tengah-tengahku,
kupejamkan mata.
Berharap kan ada setitik cahaya,
membawaku kembali.
Mengantarkanku pada kebahagiaan,
yang kian terpancar di pelupuk mataku.
Aku..
akan menunggu.
kupejamkan mata.
Berharap kan ada setitik cahaya,
membawaku kembali.
Mengantarkanku pada kebahagiaan,
yang kian terpancar di pelupuk mataku.
Aku..
akan menunggu.
Biarkan Aku
Apalagi yang hendak ku kejar,
bila sang mentari kini telah kehilangan cahayanya.
Berharap kan ada pelangi,
saat rintik hujan mengakhiri waktu.
Senyap ini telah menguburku,
biarkan aku tetap tenggelam.
Menikmati semilir angin ketabahan,
biarkan aku tetap bertahan.
Walau duri tajam ini,
harus menghempas ku ke ketiadaan
bila sang mentari kini telah kehilangan cahayanya.
Berharap kan ada pelangi,
saat rintik hujan mengakhiri waktu.
Senyap ini telah menguburku,
biarkan aku tetap tenggelam.
Menikmati semilir angin ketabahan,
biarkan aku tetap bertahan.
Walau duri tajam ini,
harus menghempas ku ke ketiadaan
Jiwa Bersemangat
Ya, bahkan waktu pun tak akan berani berpaling darinya
Hentakan semangat yang selalu berkobar dalam jiwa
Orang yang tak kenal menyerah
Hanya rintihan-rintihan kecil yang selalu diabaikan
Ada mimpi disetiap langkahnya, ada harap di setiap doanya
Nyanyian senja yang selalu membimbingnya
Antarkan dia pada setiap harap dan citanya
didedikasikan untuk sahabatku,yhohana.
Hentakan semangat yang selalu berkobar dalam jiwa
Orang yang tak kenal menyerah
Hanya rintihan-rintihan kecil yang selalu diabaikan
Ada mimpi disetiap langkahnya, ada harap di setiap doanya
Nyanyian senja yang selalu membimbingnya
Antarkan dia pada setiap harap dan citanya
didedikasikan untuk sahabatku,yhohana.
Tak Akan Ku Lupa
Saat koridor-koridor itu mulai terbasahi.
Gelap menyelimuti setiap orang berseragam.
Kau datang membawakanku pelangi,
saat hujan luka itu masih menari diatas perih.
Kau hadirkan senyum terindah,
saat aku tenggelam dalam larutnya kegelapan.
Sedikitpun tak akan ku lupa,
saat kau membawaku ke kehidupan.
Sedikitpun tak akan ku lupa,
saat senyummu menjadi satu2nya nafas untukku.
Didedikasikan untuk seorang sahabat di masa SMA
Gelap menyelimuti setiap orang berseragam.
Kau datang membawakanku pelangi,
saat hujan luka itu masih menari diatas perih.
Kau hadirkan senyum terindah,
saat aku tenggelam dalam larutnya kegelapan.
Sedikitpun tak akan ku lupa,
saat kau membawaku ke kehidupan.
Sedikitpun tak akan ku lupa,
saat senyummu menjadi satu2nya nafas untukku.
Didedikasikan untuk seorang sahabat di masa SMA
Pelangi Kita
5 tahun yang lalu aku mengenalmu. mengenalmu sebagai orang lain. mengenalmu sebatas seorang adik kelas kepada kakak kelas. tak ada hubungan lebih yang melewati itu. itulah yang kurasa telah kujalani dulu, saat aku mengenalmu.
bukan. bukan siapa-siapa. tapi sejak saat itu kau telah berubah menjadi sesuatu untukku. kau tak pernah tahu? karena mungkin kau tak merasakan apa yang aku rasakan saat itu.
diawali dengan sebuah perkenalan biasa. perjalanan hari-hari yang tanpa aku sengaja aku rangkai. hingga saat aku menjadikanmu sesuatu untukku. bukan orang yang kukenal sebagai orang lain, tapi orang yang kini telah menyatu dalam aliran darahku. setiap waktu itu selalu kurangkai dengan rapi. kusimpan semuanya dengan baik ditempat tak terjangkau. tak pernah sekalipun kunodai semuanya. ya, semuanya. mungkin tak kau rasakan, tapi itulah kenyataannya.
selalu kuhitung setiap detik yang kulewati. berharap tak ada satu detik pun yang aku lewatkan tanpamu. bahkan ketika aku mulai merasakan hal lain yang terjadi dihatiku. namun tetap mencoba membuat semuanya masuk diakal. tak perlu hati yang berperan karena aku bukanlah siapa-siapa. cukup raga ini yang menjalani dan aku cukup mengerti. walaupun kau tidak. setidaknya aku melakukannya dengan cukup baik hingga kau pun tak pernah menyadarinya.
hati-hati yang selalu menghimpunmu. bukankah itu yang selalu mengecilkan arti diriku? selalu kutenggelamkan diriku agar aku tak perlu melihat semuanya. tapi tetap saja, aku selalu kecil untuk hidupmu. sampai saat ini pun, aku memang selalu kecil. kau hadir disaat yang tepat. memang itu yang aku butuhkan. kaulah yang melakukannya. mungkin karena kau memang milik smeua orang, semua orang yang membutuhkanmu dan yang kau butuhkan.
3 tahun yang lalu, aku kembali datang padamu setelah aku meninggalkanmu ditempat kenangan itu, kenangan bersamamu. aku datang membawa hati yang masih sama dengan dulu, tapi kau? mengingat saat bersamaku pun sepertinya telah mengabur dalam ingatanmu. miris!! menyayat rasa yang selama ini selalu kujaga, selalu kupertahankan. tapi aku bisa menerima. mungkin memang hanya sebesar itulah arti diriku. aku tak akan menuntut apapun karena kau tak pernah memiliki hak untuk itu. aku terima!
pagi itu, kulihat senyum cerahmu, kutemukan kembali kebahagiaan itu setelah 3 tahun aku tak menjumpainya. hatiku tersenyum, hatiku bahagia. karena sejak saat itulah, hidupmu akan menjadi abgian dari hidupku juga. jarak memang bukan satu-satunya yang menghambat. segalanya bisa terjadi begitu saja. memang hanya dunia maya yang menjadi perhubung kita. aku disini dan kamu disana. kita terpaut jalanan yang jauh.
senyum itu tak luntur meski kemacetan terkadang membuat waktu semakin mempersulit. kebahagiaan itu yang selalu aku tunggu. saat dimana kutemukan senyum itu ada di depan mataku. semua terasa berlalu begitu cepat. aku yang tetap menikmati kebahagiaan ini. aku yang tetap menikmati setiap senyumanmu. aku yang selalu menanti kehadiranmu. tak pernah tahu, bidadari mana lagi yang menikmati semua itu tanpa kau ketahui. aku lupa, bukan hanya aku yang ada dalam hidupmu. bukan hanya aku yang memberimu senyuman. bukan hanya aku yang selalu bersamamu. bukan hanya aku dan aku lupa semua itu.
10 bulan bersamamu, aku hanya menghancurkan hidupmu.
10 bulan bersamamu, aku hanya memberi kebahagiaan semu.
10 bulan bersamamu, aku hanya menoreh luka pada hatimu.
ya, 10 bulan.
aku pergi bukan untuk membuang semuanya. aku pergi bukan untuk melupakan semuanya. aku pergi bukan untuk mengganti semuanya. aku pergi karena aku ingin kita lebih baik bukan hanya aku, tapi kita - aku dan kamu- . 10 bulan bersamamu memang menyenangkan, tapi aku lupa satu hal, kita taka akan selamanya berada disini. suatu saat kita harus beranjak ke tempat kita pulang nanti.
bukan. bukan siapa-siapa. tapi sejak saat itu kau telah berubah menjadi sesuatu untukku. kau tak pernah tahu? karena mungkin kau tak merasakan apa yang aku rasakan saat itu.
diawali dengan sebuah perkenalan biasa. perjalanan hari-hari yang tanpa aku sengaja aku rangkai. hingga saat aku menjadikanmu sesuatu untukku. bukan orang yang kukenal sebagai orang lain, tapi orang yang kini telah menyatu dalam aliran darahku. setiap waktu itu selalu kurangkai dengan rapi. kusimpan semuanya dengan baik ditempat tak terjangkau. tak pernah sekalipun kunodai semuanya. ya, semuanya. mungkin tak kau rasakan, tapi itulah kenyataannya.
selalu kuhitung setiap detik yang kulewati. berharap tak ada satu detik pun yang aku lewatkan tanpamu. bahkan ketika aku mulai merasakan hal lain yang terjadi dihatiku. namun tetap mencoba membuat semuanya masuk diakal. tak perlu hati yang berperan karena aku bukanlah siapa-siapa. cukup raga ini yang menjalani dan aku cukup mengerti. walaupun kau tidak. setidaknya aku melakukannya dengan cukup baik hingga kau pun tak pernah menyadarinya.
hati-hati yang selalu menghimpunmu. bukankah itu yang selalu mengecilkan arti diriku? selalu kutenggelamkan diriku agar aku tak perlu melihat semuanya. tapi tetap saja, aku selalu kecil untuk hidupmu. sampai saat ini pun, aku memang selalu kecil. kau hadir disaat yang tepat. memang itu yang aku butuhkan. kaulah yang melakukannya. mungkin karena kau memang milik smeua orang, semua orang yang membutuhkanmu dan yang kau butuhkan.
3 tahun yang lalu, aku kembali datang padamu setelah aku meninggalkanmu ditempat kenangan itu, kenangan bersamamu. aku datang membawa hati yang masih sama dengan dulu, tapi kau? mengingat saat bersamaku pun sepertinya telah mengabur dalam ingatanmu. miris!! menyayat rasa yang selama ini selalu kujaga, selalu kupertahankan. tapi aku bisa menerima. mungkin memang hanya sebesar itulah arti diriku. aku tak akan menuntut apapun karena kau tak pernah memiliki hak untuk itu. aku terima!
pagi itu, kulihat senyum cerahmu, kutemukan kembali kebahagiaan itu setelah 3 tahun aku tak menjumpainya. hatiku tersenyum, hatiku bahagia. karena sejak saat itulah, hidupmu akan menjadi abgian dari hidupku juga. jarak memang bukan satu-satunya yang menghambat. segalanya bisa terjadi begitu saja. memang hanya dunia maya yang menjadi perhubung kita. aku disini dan kamu disana. kita terpaut jalanan yang jauh.
senyum itu tak luntur meski kemacetan terkadang membuat waktu semakin mempersulit. kebahagiaan itu yang selalu aku tunggu. saat dimana kutemukan senyum itu ada di depan mataku. semua terasa berlalu begitu cepat. aku yang tetap menikmati kebahagiaan ini. aku yang tetap menikmati setiap senyumanmu. aku yang selalu menanti kehadiranmu. tak pernah tahu, bidadari mana lagi yang menikmati semua itu tanpa kau ketahui. aku lupa, bukan hanya aku yang ada dalam hidupmu. bukan hanya aku yang memberimu senyuman. bukan hanya aku yang selalu bersamamu. bukan hanya aku dan aku lupa semua itu.
10 bulan bersamamu, aku hanya menghancurkan hidupmu.
10 bulan bersamamu, aku hanya memberi kebahagiaan semu.
10 bulan bersamamu, aku hanya menoreh luka pada hatimu.
ya, 10 bulan.
aku pergi bukan untuk membuang semuanya. aku pergi bukan untuk melupakan semuanya. aku pergi bukan untuk mengganti semuanya. aku pergi karena aku ingin kita lebih baik bukan hanya aku, tapi kita - aku dan kamu- . 10 bulan bersamamu memang menyenangkan, tapi aku lupa satu hal, kita taka akan selamanya berada disini. suatu saat kita harus beranjak ke tempat kita pulang nanti.
Kedip Pesan
Aku selalu menatap layar itu. Menunggu kedipan tanda pesan darimu. Ya, menunggu dan menunggu. Itulah yang aku lakukan setiap hari, setiap waktu. Kamu ingat pertama kali kita kenal? Kita berbincang tanpa haluan yang jelas. Hingga suatu hari, perbincangan kita menjadi sebuah kebiasaan. Ya, dan itulah yang selalu aku tunggu, namun tampaknya kau tak pernah sepertiku.
Ya, merindukanmu yang jauh disana. Merindukan setiap tanda senyuman yang akan kau berikan. Hingga malam itu, entah mengapa kau membentakku, lantas pergi begitu saja. kau ingat, aku pernah mengucapkan kata itu, kata yang katamu pikirkan saja dulu. Aku sudah memikirkannya dan aku yakin, namun tetap saja kau berlalu menjauh dariku. Tak ada lagi kedip pesan meski aku selalu menunggunya. Tak ada lagi tanda senyum di setiap perbincangan kita.
Apa kisah itu kini telah menguap dalam ingatanmu? Atau kau memang sengaja menguburnya dalam-dalam agar kau tak mengingatnya lagi? Tidak, aku hanya berharap kau menjadi sahabat terbaikku, bukan seseorang yang aku bicarakan dulu. Ya, aku rasa itu cukup. Bahkan itu pun tak akan membuatmu kembali, karena kini, telah ada dia yang akan selalu mendapat kedip pesan itu, yang akan mendapat tanda senyum itu darimu.
Lantas aku hanya tersenyum dan berdoa, "Semoga Kau Bahagia".
Ya, merindukanmu yang jauh disana. Merindukan setiap tanda senyuman yang akan kau berikan. Hingga malam itu, entah mengapa kau membentakku, lantas pergi begitu saja. kau ingat, aku pernah mengucapkan kata itu, kata yang katamu pikirkan saja dulu. Aku sudah memikirkannya dan aku yakin, namun tetap saja kau berlalu menjauh dariku. Tak ada lagi kedip pesan meski aku selalu menunggunya. Tak ada lagi tanda senyum di setiap perbincangan kita.
Apa kisah itu kini telah menguap dalam ingatanmu? Atau kau memang sengaja menguburnya dalam-dalam agar kau tak mengingatnya lagi? Tidak, aku hanya berharap kau menjadi sahabat terbaikku, bukan seseorang yang aku bicarakan dulu. Ya, aku rasa itu cukup. Bahkan itu pun tak akan membuatmu kembali, karena kini, telah ada dia yang akan selalu mendapat kedip pesan itu, yang akan mendapat tanda senyum itu darimu.
Lantas aku hanya tersenyum dan berdoa, "Semoga Kau Bahagia".
Langganan:
Postingan (Atom)